Benih Padi Unggul Cap "KUDA TERBANG" |
Kamis, 19 Mei 2011
Sabtu, 07 Mei 2011
METODE TANAM SRI (System Of Rice Intensification)
SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan
produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh
Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama
petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis
dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan
nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan
SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development
(CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana
National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI
telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.
SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun
1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI
dilaksanakan di luar Madagaskar
Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi
normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha,
beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI
minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya
saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.
Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan
diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi
dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut
menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut.
Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan
dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di
dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari
benih padi sudah siap ditanam
tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah
yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu
sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur.
Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama
setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan
sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa
berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap
pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.
dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah
pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata
1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan
tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman
berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali
sampai panen.
Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi
dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida
nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik
Perbedaan Cara SRI dengan Konvensional
Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan cara
mencari dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan
kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL
(Mikro-organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat
sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah.
Penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami penurunan rata-rata
25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian pupuk anorganik dari
musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk
dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba.
Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi
tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan
pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin
kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit
dan biaya akan semakin mahal.
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan
produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh
Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama
petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis
dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan
nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan
SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development
(CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana
National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI
telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.
SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun
1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI
dilaksanakan di luar Madagaskar
Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi
normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha,
beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI
minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya
saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.
Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan
diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi
dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI
- Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai.
- Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang
- Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal
- Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus)
- Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari
- Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau)
- Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi terputus)
- Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.
- Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal
- Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
- Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut
- Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional
- memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah
- Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri.
- Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani
- menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia
- mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang
- Persiapan benih
menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut.
Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan
dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di
dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari
benih padi sudah siap ditanam
- Pengolahan Tanah
tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah
yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu
sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur.
Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
- Perlakuan pemupukan
unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama
setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan
sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa
berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap
pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.
- Pemeliharaan
dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah
pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata
1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan
tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman
berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali
sampai panen.
Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi
dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida
nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik
Perbedaan Cara SRI dengan Konvensional
Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan cara
mencari dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan
kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL
(Mikro-organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat
sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah.
Penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami penurunan rata-rata
25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian pupuk anorganik dari
musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk
dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba.
Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi
tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan
pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin
kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit
dan biaya akan semakin mahal.
Selasa, 03 Mei 2011
PENUNTASAN WAJAR 9 TAHUN TETAP MENJADI PRIORITAS
Prioritas
utama Kementerian Pendidikan Nasional tahun ini adalah tetap meneruskan
penuntasan wajib belajar (wajar) sembilan tahun. Aksesibilitas terhadap
pendidikan dasar bakal dibuka lebar. Dengan demikian.angka partisipasi
Kasar (APK) anak usia SD diharapkan terus bertambah.
Penuntasan
wajar sembilan tahun. menurut Mendiknas M. Nuh. merupakan bagian dari
implementasi jargon kementeriannya untuk meniadakan diskriminasi
pendidikan. "Semua akses untuk pendidikan akan dibuka. Pendidikan harus
terbuka lebar untuk anak di daerah terpencil sekalipun. Terbuka untuk
anak kurang mampu maupun anak-anak cacat," tegasnya.
Nuh
menyatakan, meski wajar sembilan tahun sejatinya telah selesai akhir
2008, masih ada daerah-daerah yang belum terjangkau. Daerah-daerah
itulah yang akan menjadi prioritas utama tahun ini. Misalnya. NTT,
Papua, maupun daerah tertinggal lainnya.
Sebagaimana
diketahui. Kementerian Pendidikan Nasional telah melampaui target yang
dicanangkan dalam konferensi Dhaka tentang penuntasan wajib belajar
sembilan tahun pada 2015. Yaitu, berhasil menuntaskannya pada 2008.
Kendati demikian, masih ada beberapa kabupaten/kota yang APK anak usia
SD-nya masih kurang dari 90 persen.
Dirjen
Mendikdasmen Suyanto menuturkan, biaya operasional sekolah (BOS) masih
menjadi andalan untuk merealisasikan wajar sembilan tahun. Kendati
anggaran BOS tahun ini tidak naik, program tersebut dinilai berhasil
menekan angka putus sekolah di berbagai daerah.
Suyanto
menyebutkan, nominal BOS tahun ini tetap sama. Hanya sasarannya yang
bertambah. Sasaran BOS untuk siswa SD adalah menjangkau 27.6 juta anak.
Jumlah tersebut naik daripada tahun lalu 27,1 juta siswa. Demikian pula,
sasaran untuk siswa SMP bertambah dari 9,4 juta siswa menjadi 9,6 juta.
"Kami terus menjangkau anak-anak kurang mampu." terang pejabat asal
Ngawi itu.
Bukan
hanya BOS. Pemerintah, kata Suyanto, juga memberi dana pendampingan.
Yaitu, beasiswa bagi siswa kurang mampu. Sasarannya adalah 1,7 juta
siswa SD; SMP (751.193); SMA (248.124); SMK (305.535); dan perguruan
tinggi (635.901).
"Dari
tahun ke tahun, beasiswa yang kami berikan terus dinaikkan. Intervensi
ini amat membantu menekan angka putus sekolah ."tuturnya. Suyanto
menengarai angka putus sekolah di Indonesia hanya 500 ribu anak. Dia
menuturkan, saat ini beberapa daerah mengejar pencapaian wajar 12 tahun.
Misalnya, Jawa Timur. Jawa Barat, DIJ, DKI Jakarta, serta Kalimantan
Timur. "Itu merupakan target yang baik. Tapi, saya mengimbau yang belum
tuntas sembilan tahun diselesaikan dulu. Sebab, penuntasan program ini
merupakan pemenuhan hak bagi masyarakat," ujarnya, (kit/iro)
SUMBER : http://bataviase.co.id/detailberita-10524275.html
Langganan:
Postingan (Atom)