Kamis, 22 September 2011

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI KOTORAN SAPI


          Limbah peternakan merupakan produk dari usaha peternakan, yang keberadaannya tidak dikehendaki sehingga harus dibuang. Limbah peternakan terdiri dari banyak jenis sesuai ternak yang menghasilkannya. Usaha budidaya ternak (sapi) menghasilkan limbah berupa kotoran ternak (feces, urine), sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya. Selama ini pemanfaatan pupuk organik dimaksud langsung digunakan untuk pemupukan, tanpa melalui proses pengolahan. Kondisi ini dimungkinkan terjadi mengingat antara lain: tidak disadarinya manfaat dan fungsi pengolahan kotoran sapi, kurangnya pengetahuan proses pembuatan pupuk organik secara sederhana dan cepat, kurangnya pemahaman mengenai nilai tambah pupuk organik dari kotoran ternak dan kurangnya pemahaman para peternak khususnya terhadap dampak negatif yang ditimbulkan dari pencemaran lingkungan oleh kotoran ternak.
                        Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh limbah ternak (khususnya kotoran sapi) secara sederhana dan cepat serta

memberikan manfaat ekonomis bagi para peternak adalah melakukan proses pengolahan dengan menggunakan bantuan bakteri Romino Bacillus.

 Bahan dan Alat yang Digunakan
          1. Bahan :
Ø  Kotoran sapi yang sudah kering dengan kadar air 15 – 85 %
Ø  Sampah organik berupa sisa - sisa pakan sapi 10 %
Ø  Air
Ø  Larutan Bacillus
Ø  Dolomit / kapur gamping
Ø  Gula pasir
      2. Alat – alat yang digunakan :
Ø  Sekop untuk mencampur atau membalikkan kotoran sapi
Ø  Ember untuk membuat larutan Bacillus
Ø  Penutup (plastik, karung goni, alang – alang, dan sejenisnya)
  
Tahapan Pembuatan
1.     Persiapkan tempat yang terhindar dari matahari langsung.
2.    Buat larutan Bacillus dengan perbandingan 2 liter air ditambah 5 sendok makan Bacillus.

Cara kerja :
a)   Aduk kotoran sapi supaya tidak menggumpal atau jika ada sisa – sisa pakan agar tercampur
b)  Tiriskan atau semprot larutan Bacillus sambil diaduk sedikit demi sedikit sampai betul – betul rata
c)   Pemberian larutan Bacillus dihentikan bila adonan diatas sudah cukup baik / merata, dengan ciri tidak adanya lelehan air jika adonan dikepal dengan tangan
d)   Tutup rapat dengan alat penutup, agar tidak kena sinar matahari langsung
e)   Setelah 3 hari adonan dibongkar dan diaduk – aduk sambil ditambahkan lagi larutan Bacillus sampai mencukupi (sama seperti di atas). Hal yang sama dilakukan sampai umur 2 minggu
f)   Setelah tenggang waktu 2 minggu ditutup kembali dan ditunggu sampai umur 3 minggu
g)   Umur 3 minggu siap dibongkar kembali sambil diaduk – aduk dengan maksud diangin – anginkan sambil diberi kapur secara merata untuk selanjutnya pupuk siap digunakan.

 Manfaat dan Keuntungan Pembuatan Pupuk Organik Padat
1.    Merupakan salah satu alternatif di dalam mencegah pencemaran lingkungan yang berdampak negatif terhadap ternak dan lingkungannya. Dengan demikian, merupakan bagian dari upaya menciptakan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan.
2.   Dari segi ekonomis dapat memberikan peningkatan pendapatan secara langsung dari pupuk bagi petani beserta keluarganya.
3.  Dapat memberikan nilai tambah dari unsur hara yang terkandung dan pada akhirnya diharapkan dapat memberikan peningkatan produksi pertanian serta kesuburan tanaman lainnya.
4.  Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat petani yang berada di pedesaan.
5.  Dalam jangka panjang diharapkan akan dapat memperbaiki tekstur, struktur dan unsur biota tanah.

Rabu, 14 September 2011

KEGIATAN

UPACARA HUT RI KE-66 DESA JULUK KEC. SARONGGI KAB. SUMENEP
LOMBA-LOMBA PERAYAAN HUT RI KE-66

Senin, 12 September 2011

SUSUNAN PENGURUS



STRUKTUR ORGANISASI
KELOMPOK INFORMASI  MASYARAKAT ( KIM ) SOCA SAGHERE
DESA JULUK KECAMATAN SARONGGI
KABUPATEN SUMENEP

PEMBINA                           : CAMAT SARONGGI
PENANGGUNG JAWAB    : KEPALA DESA JULUK
KETUA                               : DEDI FARID IRAWAN, S.Pd.
WAKIL                               : JAMAL MALIK, S.Kom.
SEKRETARIS                   : ISMAIL, S.Pd.I
BENDAHARA                    : HIDAYATUL LAILI

BIDANG PENDIDIKAN DAN PELAYANAN PUBLIK    : MOH SABIL
BIDANG KESEHATAN DAN LINGKUNGAN HIUP       : SUKRIYANTO
BIDANG UKM DAN USAHA PRODUKTIF                   : RASMIYATUN
BIDANG HUMAS DAN KERJASAMA PUBLIK             : ATMOYONO

Selasa, 06 September 2011

PERAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENDIDIKAN BERKARAKTER



 
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan faktor penting dalam pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2011, Pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Pendidikan Indonesia, mulai mencanangkan Pendidikan. Berbasis Karakter sebagai gerakan Nasional yang dimulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi.
 Menurut Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem  Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi (1) Mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (2) Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Pasal 28 Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : (1) PAUD diselenggarakan sebelum jenjang  pendidikan dasar; (2) PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal; (3) PAUD pada jalur jalur pendidikan formal yaitu berbentuk Taman Kanak – Kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) PAUD pada jalur pendidikan nonformal yaitu dapat berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (5) PAUD pada jalur pendidikan informal yaitu berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselanggarakan oleh lingkungan.
Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter pada tingkat PAUD formal dan nonformal memiliki berbagai hambatan, di antaranya adalah tingkat partisipasi masyarakat yang masih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor ekonomi keluarga, kondisi geografis, motivasi dari orang tua dan ketersediaan Lembaga PAUD baik formal
maupun nonformal.
Hambatan lainnya dalam pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter ini adalah dari segi tenaga pendidik. Dalam Undang – Undang no. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mensyaratkan latar belakang pendidik minimal S1/D4. Namun pada kenyataannya, tenaga pendidik untuk PAUD pada jalur formal (TK/RA) sebagian besar memiliki latar belakang
pendidikan SPG/SLTA keguruan.
Dari segi metode belajar yang dilaksanakan oleh lembaga – lembaga PAUD formal dan nonformal juga dapat menjadi hambatan tersendiri. Metode belajar pada tingkat PAUD yang diutamakan adalah belajar sambil bermain. Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. Kelas haruslah berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran.
Pada PAUD jalur informal, pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter juga menemui berbagai hambatan. Hambatan yang paling utama adalah kurangnya informasi yang didapat oleh para orang tua tentang betapa pentingnya pendidikan anak yang berbasis karakter.
Hambatan lainnya adalah masalah tradisi dan adat istiadat. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan adat istiadatnya. Masing – masing daerah di Indonesia mempunyai aturan dan prinsip – prinip tersendiri dalam hal mengasuh anak. Sehingga jika ingin Pendidikan Berbasis Karakter ini dijadikan gerakan nasional, maka perlu disesuaikan dengan adat istiadat
masing – masing daerah.
Beberapa rekomendasi pembelajaran yang telah banyak diberikan melalui berbagai penelitian dan pendapat para ahli dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam Pendidikan Berbasis Karakter pada tingkat PAUD. UNESCO telah menerbitkan buku tentang pembelajaran yang dapat moulding the mind and character young generation. Dalam buku tersebut dijelaskan
metode pembelajaran yang efektif adalah Learning To Know, Learning To Do, Learning To Live Together, dan Learning To Be.
Indonesia Heritage Foundation (IHF) merekomendasikan metode belajar yang disebut Model Pendidikan Holistik. Model Pendidikan Holistik ini memfokuskan pada pembentukan 9 Pilar Karakter kepada para peserta didik. 9 Pilar Karakter yang dimaksud adalah (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya; (2) Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian; (3)  Kejujuran/ Amanah dan Arif; (4). Hormat dan Santun; (5). Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong / Kerjasama; (6). Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras; (7). Kepemimpinan dan Keadilan; (8). Baik dan Rendah Hati; (9). Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan. Disamping 9 Pilar karakter
di atas, IHF juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak. Metode yang digunakan disebut sebagai “Refleksi Rutin” atau Apperception. Setiap pagi anak-anak diminta untuk mengikuti kegiatan refleksi Pilar selama 15-20 menit sesuai dengan Pilar yang sedang diterapkan saat itu (Maryuni, 2011).
Metode pembelajaran lainnya yang dapat dijadikan referensi adalah menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti sekolah alam. Saat ini sudah banyak lembaga – lembaga PAUD, terutama lembaga PAUD formal, yang menerapkan konsep sekolah alam. Pada dasarnya sekolah alam ini memiliki keinginan untuk memperkenalkan kembali manusia kepada alamnya. Di sekolah alam ini, anak – anak akan diajarka untuk menghargai dan menghormati alam sekitarnya. Konsep belajar kepada alam ini tentu saja dapat membuat anak – anak lebih menghargai dan mempunyai rasa empati dan simpati terhadap makhluk hidup lainnya.
Selain metode pembelajaran yang baik, Pendidikan Berbasis Karakter perlu didukung oleh kreativitas dari tenaga pendidik dalam mengemas metode – metode tersebut menjadi sistem belajar mengajar yang efektif. Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kemampuan pendidik dalam meninggalkan gagasan, ide – ide, hal – hal yang dinilai mapan, rutinitas, usang, dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan, ide – ide, dan tindakan yang baru dan menarik, apakah itu utnuk pemecahan suatu masalah, suatu metode atau alat, suatu obyek atau bentuk artistik yang baru, dan lain – lainnya